Kajian Lingkungan Strategis

(Strategic Environmental Assessment)

Senin, 02 Mei 2011

EFEK RUMAH KACA

Efek Rumah Kaca merupakan bertambahnya gas rumah kaca hasil aktivitas manusia membuat bertambahnya panas matahari tertahan di atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim. Ketika Bumi menerima panas dari matahari, secara alami sebagian panas akan terperangkap di atmosfer akibat adanya beberapa jenis gas. Gas-gas yang menangkap panas tersebut dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) karena cara kerjanya mirip rumah kaca (greenhouse) di mana suhu di dalamnya diatur agar cukup hangat sehingga tanaman dapat tumbuh. Terperangkapnya panas oleh gas-gas di atmosfer dikenal dengan istilah ‘efek rumah kaca’.
Sebenarnya efek rumah kaca merupakan proses alami yang diperlukan agar permukaan bumi cukup hangat untuk didiami. Sayangnya, aktivitas manusia mengganggu kondisi alami dan membuat konsentrasi GRK semakin tinggi sehingga panas yang terperangkap di atmosfer semakin tinggi dan menyebabkan suhu permukaan bumi semakin panas. Karena suhu yang hangat, rumah kaca untuk tanaman jarang untuk tanaman jarang digunakan di Indonesia sehingga mungkin istliah 'efek rumah kaca' cenderung asing. Proses yang terjadi di dalam rumah kaca mirip dengan apa yang terjadi di dalam sebuah mobil yang diparkir di luar saat matahari sedang terik. Panas matahari mask ke dalam mobil, kemudian panas tersebut tertahan di dalam sehingga membuat suhu di dalam mobil menjadi panas.

GLOBAL WARMING

Saat ini tidak jelas kapan musim hujan mulai dan berakhir. Banjir dan badai semakin sering terjadi. Kasus penyakit malaria dan demam berdarah terus meningkat. Intiya sekarang ini perubahan iklim sudah terjadi. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan – akibat-akibat apa yang akan disebabkan oleh perubahan iklim pada akhirnya. Sehingga bisa merubah pola pikir dalam melakukan kegiatan sehari-hari, baik dari skala personal, lokal dan global.

Mitigasi
Salah satu cara menahan laju perubahan iklim adalah mengurangi emisi hasil aktivitas manusia. Ini bisa dilakukan antara lain dengan menggunakan bahan bakar dari sumber energi yang lebih bersih, seperti beralih dari batubara ke gas, atau menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga matahari atau biomassa. Selain itu, mengurangi penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dan menghemat listrik juga mengurangi emisi . Usaha-usaha seperti ini disebut mitigasi. Melalui Protokol Kyoto, usaha-usaha mitigasi dilakukan secara global. 
Salah satu usaha yang dilakukan adalah CDM (clean development mechanism, atau mekanisme pembangunan bersih) yang memungkinkan aktivitas pelestarian lingkungan hidup dan ekonomi dilakukan secara bersama-sama. Melalui kerjasama dengan negara maju, negara berkembang bisa menerima manfaat dengan adanya tambahan dana dan alih teknologi untuk menjalankan kegiatan yang mengurangi emisi sekaligus mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan.

Adaptasi
Perubahan iklim yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya adaptasi, yaitu mempersiapkan diri dan hidup dengan berbagai perubahan akibat perubahan iklim, baik yang telah terjadi maupun mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Beradaptasi terhadap kedua macam dampak perubahan iklim – kejadian ekstrem dan dampak perlahan – memerlukan strategi yang berbeda. 
Mempersiapkan diri menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan menyusun rencana penanganan bila terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi perubahan perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah. Sebenarnya penanganan masalah lingkungan, seperti reboisasi atau rehabilitasi terumbu karang yang rusak, sudah merupakan kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Namun, kegiatan tersebut perlu diperkuat dengan menyertakan pertimbangan mengenai dampak perubahan iklim. Usaha mengurangi kemiskinan juga merupakan kegiatan adaptasi karena masyarakat miskin paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dengan minimnya kemampuan mereka untuk beradaptasi. 
Contoh adaptasi terhadap kejadian ekstrem adalah dengan mengantisipasi bencana alam yang bisa semakin sering terjadi karena adanya perubahan iklim. Ini bisa dilakukan dengan membuat sistem peringatan dini di daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan masyarakat bila badai terjadi. Contoh adaptasi terhadap dampak perubahan iklim perlahan adalah membuat perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dengan cara menanam hutan bakau. Adanya hutan bakau mengurangi kemungkingan erosi pantai dan intrusi air laut ke dalam sumber air bersih akibat naiknya permukaan air laut.

DOWNLOAD brosur Perubahan Iklim____disini